iSports.id – Awalnya banyak yang mencibir keputusannya pindah ke Juventus. Beberapa kalangan pesimis Pjanic akan berkembang di Juventus, tapi nyatanya semuanya terjawab dengan penampilannya sekarang.
CARA BERMAIN YANG DEWASA
Pada awal kepindahannya ke Juventus, Pjanic tidak menampilkan performa yang memuaskan. Gelandang Bosnia Herzegovina ini seperti bingung harus bermain di manakah dirinya di lini tengah pemainan Bianconerri. Pjanic seperti bingung harus bermain sebagai gelandang serang seperti di Roma atau memang dirinya harus lebih ke dalam lagi guna mengisi pos yang ditinggalkan Andrea Pirlo.
Hal itu begitu tampak dengan penampilan ia yang terbilang stagnan. Pjanic seperti tidak berkembang secara permainan dan individu. Omongan-omongan miring terhadap dirinya pun semakin kencang. Namun ternyata tidak bagi Massimiliano Allegri, pelatih Juventus ini begitu sabar dan terus mencari formula bagi calon gelandang andalannya tersebut. Perlahan tapi pasti, akhirnya Max (sapaan akrab Allegri) menemukan formula yang pas dengan squad yang ada, plus sesuai dengan skema favoritnya.
Semenjak saat itu Pjanic bermain lebih ke dalam di lini tengah Nyonya Tua. Pjanis akan lebih dekat dengan area pertahanan Juventus, sembari merancang serangan Juventus ke gawang lawan. Performa ini terus menanjak, bahkan puncaknya pada musim 2016, ia berperan krusial dalam membantu I Bianconerri menjungkalkan Barcelona di perempat final Liga Champion 2016/17.
Musim berikutnya, lebih moncer lagi. Mantan gelandang As Roma ini menjadi konduktor utama lini tengah Juventus, ia pula yang mengendalikan arah permainan Juventus. Ada dua keuntungan utama yang didapatkan Juventus ketika memainkan Pjanic lebih ke dalam. Pertama serangan Juventus akan lebih bervariasi, sehingga si Nyonya Tua juga mampu memaksimalkan Cristiano Ronaldo di sektor penyerangan. Kedua, ketika dalam keadaan di pressing oleh lawan, bek Juventus akan lebih tenang ketika harus mengalirkan bola.
PRESISI POSISI DAN RUANG
Ketika membicarakan posisinya yang lebih dalam, maka muncul pertanyaan bagaimana cara Pjanic bertahan. Secara natural, Pjanic bukanlah gelandang bertahan asli, namun akurasi serta visi bermainnya bisa dibilang sedikit mengekor Andrea Pirlo. Dalam sepakbola modern saat ini, pemikiran bahwa gelandang bertahan harus gahar dan keras tampaknya harus semakin dihilangkan.
Kunci dari cara bertahan Maralem Pjanic adalah bagaimana ia secara lihai mampu memosisikan dirinya menempati ruang tertentu dalam pertahanan. Hal ini menguntungkan bagi pemain tengah dan belakang tim, karena dengan ini pemain lawan akan dicegah masuk zona berbahaya, sekaligus ketika transisi menyerang mampu mendorong ruang bagi gelandang tengah di depannya.
Keberadaan Pjanic ini seolah menutup ruang di depan kotak pinalti Juventus, sekaligus memberikan kesan psikologis pertahanan berlapis yang sulit ditembus. Presisi posisi dan ruang ini semakin berbahaya, karena Pjanic sangat lihai membaca pertandingan. Tidak perlu dengan defense atau marking luar biasa kepada lawan, Pjanic hanya cukup meng-intercept atau bahkan hanya membayangi saja. Dampaknya, ruang-ruang pun tertutup oleh rekan-rekannya.
baca juga : kelamnya sepakbola : TPO part 1
TETAP SETIA DI USIA EMAS
Umumnya banyak pesepakbola modern saat ini mencoba mencari klub baru guna mendapatkan trofi atau penghasilan yang luar biasa di klub lain. Namun sepertinya hal ini tidak berlaku bagi pria kelahiran Tuzla. Penampilan moncernya semakin membuat banyak klub klub eropa mengantre untuk tanda tangannya.
Walau jarang mencetak gol, namun perannya sangat krusial bagi Nyonya Tua. Ia mampu tampil sebagai penyeimbang tim, serta spesialis dalam eksekusi bola mati. Chelsea, Barcelona, Real Madrid, dan Paris Saint Germain mengajukan penawaran yang langsung ditolak mentah-mentah oleh kubu Juve. Dikutip dari Four Four two, Pjanic menyatakan kesetiannya terhadap Juventus.
“Memang benar ada beberapa minat dari klub besar, tapi buat apa saya berganti klub” – Mralem Pjanic
“Saya tidak tahu apakah Juventus akan menjadi klub besar terakhir saya. Karena transfer itu tidak cuma bergantung pada pemain saja, tapi juga klub dan apakah mereka butuh saya atau tidak untuk sebuah posisi,” ujarnya menambahkan. Pada satu kejadian pertandingan Maret lalu (2019) kala Juventus bersua Napoli, Pjanic harus menerima kartu kuning kedua yang berujung ia diusir dari lapangan pertandingan.
Figurnya yang begitu sentral seakan menjadi panutan bagi pemain tengah muda Juventus lainnya. “Dari euphoria mencetak gol menjadi ras bersalah karena menyisakan reka rekan satu tim sebanyak 10 pemain. Saya meminta maaf kepada semua orang, namun kita tetap harus menghargai keputusan wasit,” pungkasnya.
Tepat pada hari ini juga, ia merayakan Ulang tahunnya yang ke 29. Sebuah usia emas bagi pemain sepakbola yang ingin pindah klub lain. Nyatanya ia tetap setia pada I Bianconeri dan akan terus bermain di Turin. “Buon Compelanno Pjanic (Selamat ulang tahun Mralem Pjanic)”
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi isports.id.