PEMAIN BERTAHAN DALAM SEPAK BOLA SELALU DIINDETIKKAN DENGAN PEMAIN KERAS, TANPA KOMPROMI, DAN BANJIR KARTU. MARI KITA TENGOK NAMA YANG SATU INI, ALESANDRO NESTA
iSports.id – Sejatinya saya bukanlah penggemar AC Milan ataupun Lazio dalam cakupan artikel ini, namun jika ditanyakan siapa pemain bertahan terbaik? Dengan tidak ragu saya akan menyebut Alesandro Nesta. Bagaimana tidak, Nesta adalah gambaran bagaimana pemain bertahan mampu melukiskan permainan indah namun solid.
Dalam seni karyanya itu Nesta mampu menggambarkan nilai estetika dalam bertahan. Pengawalannya kalem tapi mematikan. Tekelnya super halus namun sangat presisi. Kontak fisik yang menjadi andalan pemain bertahan pun diperlihatkan secara tidak menyakitkan namun efektif dalam merebut bola. Percayalah Nesta bukan bek biasa.
Sebut saja Diego Maradona, Lionel Messi, Andrea Pirlo, sampai George Best mendapat julukan seniman lapangan hijau karena segi kemampuan olah bola. Namun inilah yang membuat seni Nesta nerneda tapi tetap mempunyai cita rasa yang tinggi.
Dia mampu membuat seni dari posisi yang kerap dianggap tidak ada seninya. Sandro (panggilan kecil Nesta) membuat sketsa dengan seluncuran tekelnya, melukisnya dengan presisi posisi, lalu diwarnai dengan sundulannya yang terarah. Notevole!
Kehebatan Nesta seakan tidak luntur walaupun usia senja memakan penampilannya. Ia seolah membuktikan bahwa dengan penempatan permainan yang tepat maka pemain bertahan mampu beradaptasi dengan segala bentuk permainan.
MESSI PUN MATI KUTU
Alkisah, kala itu AC Milan harus bertandang ke Camp Nou dalam lanjutan laga Liga Champions 2011. Tim Catalan berbekal skuat lebih baik dengan dua pemain tengah cerdas, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Ada juga penyerang bak dewa sepak bola, Lionel Messi.
Barca sangat percaya diri bisa menghancurkan Milan. Namun kenyataannya itu semua tidak berlaku di mata Nesta. Messi yang sedang sangat digaung-gaungkan namanya bahkan tidak bisa membuat gol sama sekali di pertandingan yang berkesudahan imbang 2-2 itu. Dapat dikatakan Messi malam itu diberikan pelajaran bahwa tidak semua pemain bertahan gentar mendengar namanya.
Pada suatu kesempatan emas, Messi membuka serangan lewat dribble emasnya yang menembus pertahanan Milan dan terus mendekat ke gawang Rosonerri. Begitu sudah mendapat sasaran, sang mega bintang mengambil ancang-ancang hendak melakukan penyelesaian akhir. Pada momen kritikal itu datang Nesta dan mengagalkannya dengan tekel sempurna penuh perhitungan tepat ke sudut mati La Pulga.
Messi terdiam, tidak bisa protes, ia hanya bisa kecewa sampai memukul ke tanah berkali-kali. Mungkin dalam pikiran Leo berputar pemikiran, bagaimana bisa pemain yang lebih tua darinya 11 tahun, dan sudah melewati masa jayanya mampu menghentikannya berkali-kali dan itu di kotak pinalti dengan kontak seminimal mungkin. Alto Gusto.
BERDARAH BIRU, BERKULIT MERAH
Nesta aslinya adalah bocah asli Roma. Darah pecinta Lazio sudah mengalir di keluarganya. Sang ayah sudah membekali hal ini sejak dia masih kecil. Pada 1985 scout dari kubu AS Roma, Francesco Rocca, pernah mendekati Nesta. Namun langsung ditolak mentah mentah oleh sang ayah. Nesta hanya untuk Elang Ibukota tegas sang ayah.
Nesta memulai debut di bawah tangan Dino Zoff pada 13 Maret 1994. Namun di tangan Znedek Zeman barulah dia berkembang menjadi bukan sekedar bek biasa. Terlahir di era Cattenacio mengharuskan Nesta memiliki visi bertahan yang luar biasa.
Di bawah Zeman kemampuan visioner Nesta terus berkembang. Pola ofensif Zeman yang mengedepankan inisiasi serangan terbangun dari belakang membuat mantan kapten Lazio ini berevolusi menjadi bek tengah yang elegan.
Jasa Zeman tidak pernah dlupakan sepanjang kariernya. hal itu pernah ia tuturkan kepada media italia ‘Corriere Della Serra’.
“Zeman punya peran fundamental dalam karier saya. Dia percaya pada kemampuan saya, dia seorang jenius yang kadang salah dimengerti banyak orang” –Alesandro Nesta
Lazio yang terus merajai Italia pada medio 1990-an menjadikannya laiknya pangeran di Kota Lazio, bersanding dengan Francesco Totti sebagai pangeran Roma. Namun krisis finansial menandatangi Tim Biru Langit pada tahun 2000 membuat mereka harus melepas banyak pemain bintang mereka, termasuk Alesandro Nesta.
Kepindahannya ke AC Milan kerap kali membuatnya dicap sebagai pengkhianat. Namun bagi Nesta sendiri Lazio adalah segalanya. Hal ini ia tunjukkan dalam bentuk penolakan saat diminta menjadi kapten AC milan demi menghormati Lazio.
Saat di AC Milan Nesta hampir mendapatkan segalanya, termasuk trofi Liga Champions dan Piala Dunia 2006 menjadi bukti sahih. Duetnya bersama Paolo Maldini, Jaap Stamp, dan Cafu ditakuti di Italia bahkan Eropa.
baca juga : Sejarah berdarah Escobar
HARI SPESIAL
Tepat pada hari ini Alesandro nesta merayakan umurnya yang ke-42 tahun. Berbagai catatan impresifnya di lapangan hijau masih menjadikannya panutan bagi para pemain bertahan. Mantan pemain AC milan, Leonardo Bonucci, juga sangat mengagumi Nesta. Dalam suatu kesempatan ia menuturkan, “saya sangat mengagumi Alesandro Nesta karena cara dia bertahan dan bagaimana dia memainkan bola. Dia selalu bermain dengan elegan.”
Legenda AC milan, Paulo Maldini, juga berkata hal terkait Nesta saat mengumumkan akan pensiun dari sepak bola. “Kita akan ditinggalkan oleh salah satu bagian penting dari sejarah klub, juga sejarah penting sepak bola Italia”. Maldini juga menambahkan italia akan merindukan pemain sekaliber Nesta.
“Tidak mudah menemukan pemain Italia sekaliber Nesta” – Paolo Maldini
Kini Alesandro Nesta telah kembali ke dunia sepak bola, namun bukan sebagai pemain. Ia menukangi Perugia yang masih berkutat di Serie B dan mencoba merengkuh kejayaanya kembali seperti pada era 90-an. Perugia meyakini pengalaman Nesta mampu ia tuangkan ke dalam tim dam memberi energi positif kepada mereka. “Buon Compleanno Alesandro Nesta”.
Sumber : berbagai sumber
Foto : berbagai sumber
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi isports.id.