Last updated on 21 November, 2023
Masyarakat Indonesia berharap sangat tinggi menantikan kualitas terbaik permainan tim nasional Indonesia U-19. Diawali penampilan apik para Turnamen Toulon beberapa bulan silam. Bersaing dengan Brasil, Skotlandia dan Republik Ceko dengan kelompok usia yang lebih tua, skuat arahan Indra Sjafri cukup menjanjikan.
Jakarta, isports.id – Memang pada ajang tersebut tim berjuluk Garuda Nusantara tak bisa meraih selongsong poin pun, tapi ada harapan bahwa generasi emas akan kembali hadir dari tim ini seperti yang pernah diutarakan oleh Indra sendiri, ketika mempersiapkan tim tersebut sejak Februari tahun ini.
Belum lagi, kemunculan Egy Maulana Vikri membuat publik berharap lebih dan hal itu dibuktikan lewat penghargaan individu bagi pemain asal Medan itu saat di Toulon. Egy pun menjadi ikon timnas U-19 generasi ini, seperti layaknya Evan Dimas ketika mencuat pada 2013 lalu.
Sayangnya, rentetan hasil kurang memuaskan dari mulai Piala AFF U-18 hingga terakhir saat Kualifikasi Piala Asia U-19 2018 di Korea Selatan membuat publik layak cemas. Pertanyaan soal apa yang salah dari penampilan tim ini pun lumrah saja terbesit jelang putaran final Piala Asia U-19, di Indonesia.
Di Paju Public Stadium, partai ketiga melawan Korea, Indonesia dibuat jadi sarang gol oleh tuan rumah. Skor akhir empat gol tanpa balas dicatatkan Korea, yang sekaligus jadi lampu kuning untuk Indra dan timnya untuk waspada jika bertemu lawan dengan level Korea di Piala Asia nanti.
Tak terlihat strategi bertahan yang ampuh ketika itu, Korea secara konsisten terus menbombardir lini belakang Indonesia lewat sisi sayap. Dua fullback Indonesia kewalahan menahan laju winger lawan, pun dengan stoper Indonesia yang tak mampu mengantisipasi crossing dengan baik.
Melawan Malaysia pada partai terakhir Grup F, lagi-lagi kekalahan dengan skor besar didapat Indonesia. Kali ini Indra menerapkan rotasi pemain yang cukup masif, seperti menaruh Egy dan Saddil Ramdani di bangku cadangan. Sementara di belakang tak ada Rachmat Irianto.
Pertandingan pun berakhir dengan skor 4-1 untuk Malaysia, kekalahan ini layaknya lampu merah untuk timnas U-19 yang nyatanya masih belum bisa menyetarakan permainan Malaysia yang merupakan finalis Piala AFF U-18 2017, terlebih jika menerapkan rotasi pemain besar-besaran.
Putaran final Piala Asia U-19 masih Oktober tahun depan, yang artinya masih panjang untuk tim ini berbenah. Indra masih punya waktu menambal sektor yang kurang seperti yang ia tegaskan bahwa sistem promosi-degradasi untuk pemain akan terus diberlakukan.
Waktu tersebut pun cukup panjang untuk tim pelatih merencanakan uji coba berbobot. Bukan hanya soal uji coba, tim pelatih timnas U-19 juga harus mencari cara menjaga mood pemainnya menuju event tersebut, mengagendakan program yang jitu agar Tur Nusantara yang melelahkan tak terulang.
Terpenting, masih banyak waktu untuk mengubah identitas permainan timnas U-19 dengan formasi Sang Garuda-nya itu agar lebih variatif. Atau bahkan, mengajarkan bagaimana untuk cerdik bermain pragmatis seperti ketika timnas Indonesia mengejar banyak gol pada Piala AFF U-18 lalu.
Penting untuk sadar bahwa timnas kelompok usia adalah tentang pembinaan. Namun, penting juga untuk sadar bahwa menjadi tuan rumah Piala Asia tahun depan adalah kesempatan emas untuk Indonesia kembali tampil di Piala Dunia, meski sebatas level U-20, 2019 nanti.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi isports.id.