Last updated on 2 September, 2023
iSports.id – Tidak bisa dipungkiri, kalimat bahwa sepak bola adalah olahraga paling diminati sejagat menjadi hal yang sudah lumrah kita dengar. Namun hal itu tidak diamini oleh semua kalangan, terutama dari cabang olahraga lain. Salah satu penyebabnya adalah aksi diving.
Diving dalam bahasa sepak bola mengacu pada tindakan seorang pemain yang berpura-pura atau berlebihan jatuh atau terjatuh di lapangan tanpa ada kontak fisik yang signifikan dari lawan.
Tujuan dari diving adalah untuk mengecoh wasit dan membuatnya percaya bahwa pemain telah dilanggar oleh lawan, sehingga dapat diberikan tendangan bebas, atau bahkan kartu kuning atau merah kepada lawan.
Diving sering kali dianggap sebagai perilaku tidak sportif dalam sepak bola karena melibatkan upaya untuk menipu wasit dan menciptakan keunggulan tidak adil bagi tim sendiri.
Apakah diving adalah cerminan permainan sepak bola atau hanya sebagian kecil darinya?
Jika melihat seluruh aspek, maka kita harus jujur bahwa diving hanyalah bagian kecil dari olahraga paling populer dunia ini. Meski dampaknya tidak bisa dikatakan kecil dalam mencoreng wajah persepakbolaan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa terkadang drama-drama yang tercipta dari aksi diving menjadi hal yang begitu menarik dilihat.
Lalu perlu kita akui juga bahwa melakukan diving tidaklah semudah itu. Perlu skill tersendiri!
Sebagai olahraga yang penuh dengan kontak fisik, sepak bola profesional masih menjadi penyumbang utama dalam hal urusan cedera atlet. Tekel-tekel keras yang dilakukan para pemain seperti sudah menjadi hal yang biasa dilakukan.
Jika mau dibandingkan dengan olahraga rugbi, sepak bola masih memiliki rataan cidera lebih besar.
Cidera pemain pada sepak bola mencapai angka 9 sampai 35 kasus setiap 1000 jam. Banyak sekali jenis cedera yang dapat dikatakan serius. Beberapa bahkan bisa dikatakan sebagai career ending. Atas dasar hal inilah para pemain sepak bola mencari cara menghadapi tekel-tekel pemain lawan.
Dalam praktiknya, tidaklah mudah melakukan diving. Mungkin, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuang harga diri.
Lalu hal lainnya adalah memadukan skill khusus serta dibalut suguhan drama. Momentum gesekan dengan pemain lawan, akting seperti menangis, teriak kesakitan dan lainnya kadang dilakukan demi mendapat perhatian wasit.
Agar stigma ini dapat lebih dimengerti, mari dilihat dari sudut pandang bagaimana sepak bola modern semakin mengandalkan fisik.
Saat ini kecil kemungkinan bagi pemain depan bertubuh mungil bertahan dari terjangan pemain bertahan yang biasanya bertubuh besar. Diving bisa menjadi salah satu solusi tersendiri.
Teror kemungkinan diving tentunya bisa membuat para defender tidak akan sembarangan menjatuhkan lawan.
Ada 4 Kategori Diving
Perkembangan kasus diving membuat para sport scientist di University Of Portsmouth mengembangkan riset untuk mengelompokkannya. Dalam studi ini, Paul Morris dan David Lewis menemukan bahwa terdapat empat buah trik yang biasanya menjadi cara yang dilakukan para pemain untuk menipu wasit.
Diving kategori pertama adalah temporal continuity, dan menyumbang kontribusi sebesar 29 persen. Jenis ini adalah kasus ketika pemain meninggalkan terlalu banyak waktu antara kontak dan reaksi.
Kategori kedua adalah archers bow, yaitu pemain yang terjatuh akan mengangkat tangannya untuk mendapatkan perhatian dari wasit.
Diving kategori yang ketiga adalah ballistic continuity, ini terjadi ketika hanya terdapat sedikit kontak namun reaksi sang pemain berlebihan.
Lalu yang terakhir adalah contact consistency. Ini terjadi ketika seorang pemain menerima kontak di salah satu area tertentu, namun bereaksi pada area yang lain.
Jadi ketika seorang pemain melakukan diving dan sukses, mungkin ada apresiasi tersendiri baginya. Namun, kembali kepada poin apakah hal tersebut justru akan menjadi identitas bagi dirinya sebagai seniman diving.
Sumber : berbagai sumber
Foto : berbagai sumber
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi isports.id.