iSports.id – Sprint race MotoGP musim depan bakal terwujud. Namun bos tim balap banyak yang meragukan sistem ini. Termasuk CEO Aprilia Racing, Massimo Rivola, yang meragukan sistem sprint tersebut. Pasalnya, format balap sprint race sendiri tidak bisa tingkatkan jumlah penonton.
Rivola berkata kalau serial Netflix, Drive To Survive, adalah contoh kuat menarik audiens di luar F1. Bahkan jumlah fans balapan jet darat itu melonjak semenjak kehadiran serial tersebut. Lantas, ide sprint race sendiri apakah sukses? Massimo Rivola pun pesimis.
Menurutnya, Formula 1 harus menggunakan jalur social media secara maksimal untuk membangun kedekatan pembalap dengan fans mereka. Hal tersebut tak dipikirkan oleh Carmelo Elzepeleta sebelumnya.
Peran Social Media Sangat Penting
Kunci dari meningkatnya balapan ya Social media. Rivola menjawab kalau F1 itu bisa sukses karena interaksi social media yang bagus dan pembalap mereka terus yang beregenerasi. Contoh Leclerc dan Norris, mereka semua adalah sosok yang social media friendly, dikutip dari Paddock-GP.
Meskipun social media jadi kunci, lantas balapan sprint akan terwujud? Ya tetap akan terwujud juga. Meskipun penolakan terjadi oleh beberapa prinsipal dan pembalap. Mereka tahu ada yang salah selama pengelolaan MotoGP oleh Dorna.
Karena pembalap adalah ujung tombak dari balapan, otomatis mereka menawarkan kedekatan ini ke fans mereka masing-masing. Toh, mereka bisa langsung berinteraksi dengan penggemar MotoGP. Kita lihat apa yang terjadi di Indonesia, banyak sekali interaksi dengan penggemar dan orang lokal, menurut Rivola.
Sprint Race Jadi Solusi Sementara Bukan Permanen
Balapan sprint menurut Dorna bisa sukses. Padahal buat Massimo Rivola ini adalah langkah darurat. Buat dia, sprint race justru bisa menambah masalah terutama dari sisi kontrak pembalap. Banyak pembalap mengeluhkan sistem poin dan pembayaran bila balapan di hari Sabtu.
Satu sisi, Rivola merasa MotoGP ikut-ikutan F1 atau “fomo” atas keberhasilan sprint race di F1. Sebenarnya, unsur keberuntungan sedang hampiri Formula One. Jadi, itu semua bekerja maksimal dan buah dari percobaan ini berujung sukses.
Rivola menyarankan untuk berinvestasi di penggemar MotoGP di Indonesia. Menurutnya, fans MotoGP di Indonesia begitu besar. Sayang kalau dilewatkan begitu saja. Bahkan daya tarik mereka lebih kuat selain negara lain. Toh, tidak rugi mengadakan jumpa fans dan sprint race di Mandalika bukan.
Karena itu, Carmelo Elzepeleta harusnya bisa memberikan effort penuh ke Mandalika di musim depan. Toh, tiket MotoGP seharusnya tidak semahal tiket F1 bukan?
Kalaupun iya, bisa jadi bumerang bagi Dorna dan Mandalika. Karena sama saja sia-sia menggaet penonton baru dan penonton potensial. Karena Indonesia merupakan market besar sekaligus test market buat konsep sprint race di musim 2023 besok.
Namun Rivola sudah memperingatkan, kalau balap sprint adalah langkah darurat bukan lagi jadi ajang permanen. Karena tak semua bisa dicopy oleh MotoGP dari F1 serta sebaliknya.
Sumber: PaddockGP
Foto: PaddockGP & MotoGP
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi isports.id.