iSports.id – Setelah sempat menjadi wacana yang batal terlaksana, European Super League (ESL) nampaknya kembali diusahakan untuk kembali terjadi. Namun, ketidak jelasan dari konsep ESL sendiri membuat Asosiasi Suporter Sepakbola (FSA) mencap ESl sebagai mayat berjalan.
A22 Sports Management, perusahaan yang berdiri tahun lalu untuk menganalisa apakah ESL bisa berjalan atau tidak, baru saja merilis rencana mereka dalam sebuah manifesto. Mereka merencanakan sebuah turnamen yang kemungkinan diikuti oleh 60-80 tim dan tim tersebut dipilih berdasarkan posisi mereka di liga domestik masing-masing.
Baca juga: Andy Robertson Akui Liverpool Belum Membaik
Namun, dari apa yang mereka rilis tersebut, tidak ada kejelasan apakah ESL akan beroperasi sebagai saingan dari liga domestik atau turnamen sampingan. CEO dari FSA, Kevin Miles, sendiri menyatakan bahwa ESL sama sekali tidak mendengarkan fans. “Kompetisi itu seperti mayat berjalan dan mereka seperti zombie yang muncul dan kembai mengganggu,” ungkap Miles.
“Ide terbaru mereka adalah untuk memiliki kompetisi terbuka, bukan turnamen tertutup seperti yang mereka rencanakan awalnya dan mengundang protes. Saat ini sudah ada kompetisi terbuka bagi klub top di Eropa, itu adalah Liga Champions. Mereka mengatakan bahwa dialog dengan fans dan grup independen fans itu penting namun ESL tetap mereka jalankan.”
ESL Terbaru Dampak Dari Premier League?
Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa klub di Eropa sendiri mulai merasa ketidakseimbangan dalam lansekap permainan. Hal ini karena beberapa klub Inggris mampu menghabiskan banyak uang di bursa transfer. Ini tentu bisa menjadi pendorong bagi kembali terjadinya ESL.
Pengadilan di Eropa sendiri nampaknya akan berpihak pada UEFA dalam mendakwa klub yang terlibat di turnamen terpisah dari UEFA. Mereka akan mengizinkan federasi untuk bisa memberikan sanksi bagi klub yang nantinya berpartisipasi di turnamen yang tidak terdaftar.
Baca juga: Cristiano Ronaldo Mulai Hadapi Kritikan Petinggi Al-Nassr
CEO dari A22 Bernd Reichart sendiri menyatakan bahwa perusahaannya sudah berbicara dengan hingga 50 klub Eropa untuk mengetahui posisi mereka. “Diskusi yang kami lakukan adalah karena klub takut jika mereka berbicara dan ada sanksi yang menunggu. Dialog antara kami sangat jujur dan berbuah manis. Ada kesimpulan yang jelas yaitu mereka membutuhkan perubahan dan bagaimana cara mencapainya,” ungkap Reichart.
Sumber: Mirror Football
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi isports.id.